Minggu, 09 September 2012

sejarah Keris Nagasasra dan Sabuk Inten adalah sepasang keris pusaka dari jaman majapahit. Kedua bilah keris ini menjadi simbol kekuasaan raja-raja Majapahit yang diperkirakan dibuat pada abad ketigabelas. Keris ini tidak bia berdiri terpisah, dan merupakan lambang menyatunya Kawula Gusti (Abdi dan Raja) atau juga sering dianggap sebagai simbol penyatuan antara manusia dan Tuhan. Keris Kyai Nagasasra berwarna putih kekuningan, dibuat oleh Mpu Supa Madrangki. Disebut dengan julukan Kyai Nagasasra karena pada badan keris ini tergambar seekor ular naga berwarna keemasan dengan banyak sisik. Keris ini memiliki luk 13, simbolisasi kebangunan jiwa dan keselarasan. Sementara Kyai Sabuk Inten dibuat oleh Mpu Domas, memiliki luk 11, berwarna kebiru-biruan. Keris ini menjadi simbolisasi welas asih. Disebut dengan julukan Sabukinten karena pada bagian bawah keris terdapat selapis garis pamor berwarna putih intan. Ketika Majapahit runtuh, kedua bilah keris itu dibawa ke keraton Demak oleh Raden Patah. Kemudian ketika Kerajaan Demak runtuh, keris keris tersebut dibawa oleh Jaka Tingkir yang kemudian menjadi raja di Keraton Pajang. Dan seterusnya kedua keris tersebut berada di bawah penguasaan raja-raja Mataram dan keturunannya sampai sekarang. Saat ini keris-keris tersebut disimpan di Keraton Solo (tahun 1974, menurut Ensiklopedi Keris karya Bambang Harsrinuksmo, keris ini dibuatkan warangka baru--dari kayu cendana wangi). Banyak tiruan keris ini, yang beredar di mana-mana sampai kini--dimiliki perseorangan kolektor ataupun pejabat dan diperjualbelikan dengan harga beragam dari Rp 200 ribu hingga sekitar Rp 4 miliar.

Tidak ada komentar: